Selasa, 09 Januari 2018

Catatan Perjalanan Prancis, Paris 3 Hari

Cerita ini berlanjut dari cerita 16 bulan yang lalu, yang akhirnya saya menyempatkan diri kembali untuk menulis, oya sebelumnya saya sudah menceritakan kisah perjalanan kami di Turki (disini), Roma Italy (disini) , Zermatt Swiss (disini) dan sekarang ini kisah kami saat berada di Paris Prancis.

Minggu, 10 Mei 2015, Zermatt, Switzerland (Swiss) 
Waktu sudah menunjukkan pukul 04.50 dan kami pun bergegas bangun untuk segera bersiap-siap, karena kami akan pergi ke Paris dengan menggunakan kereta dari Zermatt yang jam 06.37. Tidak lupa membereskan koper, beres-beres backpack dan segera turun untuk check out. Namun pada saat check out ternyata tidak ada orang di resepsionis dan kami pun harus menelepon yang punya hotel agar dapat menyelesaikan administrasi pembayaran.

Kabar buruk pun menyelimuti perasaan kami, di saat kami sedang terburu-buru untuk mengejar kereta, pembayaran via kartu kredit kami ditolak dikarenakan sistemnya belum tersetup karena masih pagi. Kejadian ini menyita waktu selama 15 menit sampai akhirnya bisa dilakukan pembayaran. Setelah selesai kami pun langsung pergi menuju stasiun. Namun alangkah sialnya, pada saat sampai di stasiun keretanya baru saja menginggalkan peron, sempat saya berlari-lari memanggil masinis, namun menjadi usaha yang sia-sia.


Yup, kejadian ini menjadi pelajaran bagi kami, biasanya saya pada saat check-in di hotel selalu langsung melunasi tagihan hotel, tapi entah kenapa pada saat di Zermatt ini saya lupa melakukannya. Saatnya menggunakan rencana B, ya kami menggunakan kereta yang 1 jam berikutnya untuk menuju Visp, dari Visp berganti kereta yang ke arah Bern. Perjalanan ke kota Bern dari Zermatt memakan waktu sekitar 1,5 jam, begitu sampai di kota Bern ini saya langsung membeli kembali tiket ke Paris yang menggunakan TGV (Jadwal disini) karena tiket yang sebelumnya menjadi hangus akibat tertinggal kereta dimana saya membelinya di Ticket Office yang ada di stasiun Bern setelah menanyakan ke Tourist Information.


Yup, tiket sudah di dapat tapi untuk mengejar kereta TGV kami harus naik kereta lagi dari Bern menuju Basel Sbb. Kereta TGV kami berangkat pukul 10.34 dari Basel Sbb menuju Paris dan berhenti di Gare De Lyon pada jam 13.37. Akhirnya kami sampai di kota Paris, kota impian istri saya, Alhamdulilah janji saya bisa dipenuhi. Dari Paris Gare Du Lyon ini kami langsung menuju hotel yang letaknya di Le Peletiere, dari Gare Du Lyon kami langsung mencari metro berkode M14 (Arah Saint Lazare) yang kemudian berganti metro di stasiun Chatelet dengan menggunakan metro M7 (arah La Courneuve) dan berhenti di stasiun Le Peletier (Map Metro Paris bisa didapat disini)


Dengan hanya berjalan 5 menit dari stasiun Le Peletier sampailah kami di Hotel Ibis Grand Boulevard (Review), langsung saja segera kami check-in dan tidak lupa langsung melunasi tagihan hotel tersebut. Hotel yang merupakan bagian dari Accor Group ini sangat nyaman, kebetulan saja kamar kami persis di bagian ujung lekuk hotel, jadinya kamar kami termasuk luas dengan pemandangan langsung ke jalan. Begitu masuk kamar kami langsung menyimpan tas, mengambil barang-barang yang diperlukan dan langsung pergi lagi utnuk jalan-jalan di sekitar hotel.


Yup, tujuan pertama kami adalah Louvre Palace, dimana lokasinya 2,8 Km dari hotel ke arah selatan atau 30 menit berjalan kaki dari hotel kami. Memang cukup jauh jikalau berjalan kaki namun kami sangat menikmati dengan lingkungan sepanjang perjalanan kami.


30 Menit kemudian kami pun sampai di Louvre Palace yaitu merupakan benteng yang dibangun pada abad ke-12 di bawah pemerintahan Philip II. Bangunan ini diperluas beberapa kali hingga membentuk Istana Louvre yang sekarang ini. Pada tahun 1682, Louis XIV memilih Istana Versailles sebagai kediaman pribadi, meninggalkan Louvre untuk selanjutnya dijadikan sebagai tempat untuk menampilkan koleksi-koleksi kerajaan.
Bagian Louvre Palace yang dijadikan tempat koleksi benda-benda bersejarah adalah Musée du Louvre dimana menjadi salah satu museum terbesar, museum seni yang paling banyak dikunjungi dan sebuah monumen bersejarah di dunia dengan memiliki 35.000 benda dari zaman prasejarah hingga abad ke-19 dipamerkan di area seluas 60.600 meter persegi.

Istri berpose di Louvre Palace dan Pyramide du Louvre

Pose gaya tapa melayang

Mengintip dari dekat Pyramide du Louvre

Sekitar 60 menit kami menikmati suasana di Louvre Palace ini dengan mengambil banyak foto dan duduk nongkrong sambil melihat aktifitas orang-orang di sekitar Louvre Palace, sungguh sangat menyenangkan. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 19.00, waktunya kami kembali ke hotel dan menyantap makan malam di cafe Casa Tina sebelah hotel Ibis, makanannya enak, dan disana pula kami pertama kali menyantap Escargot, sayangnya waktu itu tidak membawa kamera jadi tidak sempat mengabadikan foto disana.

Senin, 11 Mei 2015, Paris, France
Alarm berdering dan waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi, kami pun segera bangun dan langsung bersiap-siap untuk sarapan pagi di Hotel serta bersiap diri untuk langsung berpelesir ria berkeliling kota Paris. Untuk berkeliling kota paris kami tidak membeli Paris Pass / Paris Visite karena menurut kami hitungannya lebih mahal (https://www.ratp.fr/en/titres-et-tarifs/paris-visite-travel-pass untuk keterangan paris visite) jadi karena sebagian besar akan kami tempuh dengan berjalan kaki sehingga kami hanya membeli T+ 10 Ticket (Berbentuk buku yang terdiri dari 10 tiket), kalau dihitung-hitung sih sedikit lebih hemat dan bisa berlaku untuk naik metro dan bus.

Tempat wisata kami yang dikunjungi pertama kali adalah daerah Montmartre dimana merupakan sebuah bukit (butte Montmartre) setinggi 130 meter, memberikan namanya pada distrik sekitarnya, di utara Paris di arondisemen ke-18. Di puncak bukit Montmartre terdapat sebuah gereja romawi yang dikenal dengan Basilica of the Sacré Cœur berkubah putih, dimana gereja ini merupakan sebagai monumen ganda atas politik dan kebudayaan dari sejarah Perancis. Di daerah Montmartre ini banyak sekali seniman yang demonstrasi kepiawaiannya dalam melukis sehingga menjadikan wilayah yang sering dikunjungi wisatawan, oya kononnya banyak seniman yang mendirikan studio atau bekerja di sekitar komunitas Montmartre seperti Salvador Dalí, Modigliani, Claude Monet, Pablo Picasso dan Vincent van Gogh.



Sambil beristirahat, berselfie ria dengan Basilica of The Sacre Coeur


Saya dan Basilica of The Sacre Coeur


 Istri dan pemandangan dari atas bukit Montmartre

Cukup lama kami mengelilingi bukit Montmartre rasanya sangat menyenangkan karena banyak yang bisa dilihat, tak lama pun kami turun dari bukit tersebut ke arah Boulevard de Clichy dengan berjalan kaki, sebenarnya kita bisa naik turun bukit Montmartre dengan menggunakan Funiculaire (Sejenis tram untuk naik turun bukit) tapi kami lebih memilih dengan berjalan kaki. Sayangnya kami mengalami kejadian yang tidak menyenangkan, dimana kami disuruh membeli gelang dengan paksa oleh orang-orang berkulit hitam dengan harga 15 Euro, itu pun orang-orang tersebut sambil merogoh celana saya, sungguh sangat merusak mood kami berwisata.


Tapi kejadian tersebut tidak boleh merusak mood wisata kami, jadi yah kami gunakan sebagai bahan pembelajaran kami saja untuk berwaspada kalau sudah melihat segerombolan orang-orang berkulit hitam (Waktu kami berkunjung kesana memang sedang banyak imigran). Oke, Saatnya melanjutkan perjalanan, turun dari Montmartre kami menelusuri Boulevard de Clichy, disepanjang jalan ini terdapat toko souvenir untuk oleh-oleh, dan kami pun berjalan ke arah barat menuju Moulin Rouge, yaitu sebuah tempat pertunjukan cabaret di Paris yang didirikan pada tahun 1889 oleh Charles Zidler dan Joseph Oller, dimana tempat ini merupakan tempat kelahiran can-can dance yang berkembang menjadi bentuk kabaret, oya di sepanjang jalan ini juga banyak hiburan untuk 17th ke atas hahahaha...



Mengabadikan momen di depan Moulin Rouge

Setelah menyusuri Boulevard de Clichy ini kami pun langsung naik subway dari Stasiun Blanche ke stasiun Cite, dimana disana terdapat Katedral Notre-Dame, yup dari Moulin Rouge ke Notre-Dame cukup naik 2x subway selama 26 menit perjalanan.


Notre-Dame Cathedral adalah katedral berasitektur gothic di sebelah timur Île de la Cité di Paris, Perancis, dengan pintu masuk utama di barat. Selain tujuan wisata, gereja ini juga masih digunakan untuk tempat misa dan Uskup Agung Paris. Notre Dame de Paris dianggap sebagai salah satu contoh terbaik dari arsitektur gothic Perancis dimana bangunan tersebut selesai didirikan pada tahun 1345. Bangunannya luar biasa megah, dengan detil-detil hiasan bangunan yang sangat istimewa, seperti ada patung gargoyle dan chimera.




Istri dan bagian depan Notre-Dame de Paris


Bagian dalam Notre-Dame de Paris

Sungguh menakjubkan, bangunan ini membuat saya berdecak kagum dimana detil bangunannya benar-benar membuat kami bertanya-tanya, bagaimana pada zaman dahulu dengan teknologi terbatas tapi orang-orang ini dapat membuat bangunan sebagus ini dan sangat detail terhadap hiasan-hiasan bangunannya.


Selfie di depan Notre-Dame Cathedral

Sekitar 30 menit kami menikmati suasana di Sekitar Notre-Dame ini, kami pun langsung jalan menuju Pont De l'archeveche, disini terdapat jembatan yang oleh para turis suka dipakai menggantungkan gemboknya, jadi kita pun ikut-ikutan menggantungkan gemboknya disini (Konon katanya yang pasang gembok disini niscaya akan kembali lagi kesini).



Ikut pasang gembok di sini, semoga di tahun-tahun berikutnya bisa kembali mengunjungi Paris

Setelah itu kami pun langsung pergi untuk menuju menara Eiffel dengan menggunakan perahu Batobus, soalnya lumayan jauh dari Notre-Dame ke Menara Eiffel, dan sekaligus penasaran juga ingin berlayar menyusuri sungai Seine. Batobus merupakan operator perahu di sungai seine yang memiliki 9 stasiun di sepanjang sungai seine yaitu Eiffel Tower, Musée d'Orsay, St-Germain-des-Prés, Notre-Dame, Jardin des Plantes/Cité de la Mode et du Design, Hôtel-de-ville, Louvre, Champs-Élysées and Beaugrenelle. Sistem nya Hop-on-Hop-off dengan harga tiketnya €11 (1-Day Pass) yang berlaku selama 24 Jam, selama perjalanan  cukup menarik juga untuk menambah pengalaman.

Perahu batobus sedang mengarungi sungai seine (Sumber: Google)

Kurang lebih memakan waktu 60 Menit dari stasiun Notre-Dame menuju stasiun Eiffel dan kami pun turun serta lanjut menuju menara Eiffel. Disini tidak lupa kami membeli jajanan (Es Krim dan Minuman) buat bersantai-santai di bawah menara Eiffel.

Eiffel adalah adalah salah satu bangunan tertinggi di Paris yang dirancang oleh Gustave Eiffel, dimana struktur ini memiliki tinggi 325 Meter. Eiffel dibangun  antara tahun 1887 dan 1889 dengan tujuan sebagai pintu masuk Exposition Universelle, Pameran Dunia yang merayakan seabad Revolusi Perancis. Struktur menara Eiffel ini merupakan Struktur besi dengan bobot seberat 7.300 ton, sementara untuk keseluruhan struktur termasuk komponen non-besi berbobot 10.000 ton. 

Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah, akhirnya salah satu janji saya ke Istri bisa terpenuhi juga untuk melihat Menara Eiffel. Bangunannya luar biasa menakjubkan, kami berputar-putar sambil melihat struktur bangunan ini, dan akhirnya menemukan tempat yang nyaman untuk bersantai sejenak sambil menikmati suasana.

 Istirahat sejenak sambil makan es krim dengan first class view of Eiffel Tower

Cukup lama kami menikmati suasana sekitar Eiffel ini bahkan saking nyamannya kami sampai mengantuk, kemudia kami pun bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan berikutnya yakni ke Trocadero. Trocadero atau Place du Trocadéro merupakan sebuah tempat yang bagian dari Palais de Chaillot dimana di tempat ini kita bisa menikmati pemandangan panorama dari menara Eiffel. Lokasi Trocadero ini tepat bersebrangan dengan menara Eiffel, kita tinggal menyebrang sungai Seine dan sampailah kita pada Palais de Chaillot lalu lanjutkan sampai ke atas bukit. Pemandangan dari atas sini sangat mengagumkan kami pun kembali menikmati suasana Trocadero sambil melihat aktifitas orang-rang disini.

Selfie di Trocadero dengan pemandangan Eiffel Tower

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 19.00, namun matahari masih tetap menyilaukan, akhirnya kami memutuskan untuk jalan pulang ke Hotel dengan menggunakan MRT sambil mencari-cari tempat makan dimana bisa memuaskan kuliner kami disini. 


Selasa, 12 Mei 2015, Paris, France

Hari ini jadwalnya sengaja dibuat tidak begitu padat, jadi kami bisa sedikit menikmati hotel dengan bangun agak siang dan menikmati sarapan yang telah disediakan. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00, saatnya kami bersiap-siap untuk pergi ke Versailles Pallace (Istana Versailles) yang kononnya istana termegah di Perancis.

Untuk pergi kesana, kami menggunakan kereta, dari tempat kami menginap kami hanya ganti kereta sekali dari line metro RER Zone 1 ke Line kereta RER C Zone 4 (Kereta untuk keluar kota paris) dan turun di stasiuVersailles Rive Gauche (VRG), harga tiketnya sekitar 3.05 Euro dan menempuh perjalanan dari hotel sekitar 45 Menit.


Sampailah kami di stasiun Versailes Rive Gauche (VRG) begitu keluar kami pun langsung jalan menuju Istana Versailles, oya sebelum kesini kami sudah membeli tiket online yang seharga 20 Euro untuk dapat masuk ke dalam palace dan mengeksplor taman nya yang luas (info tiket http://en.chateauversailles.fr/plan-your-visit/tickets-and-prices) untuk menghindari antri beli tiket, tapi tetap saja untuk masuknya pun kami harus mengantri sekitar 30 Menit.


Versailles Palace/Chateau de Versailles merupakan Sebuah Estate yang dibangun oleh Louis XIV sebagai simbol monarki absolut pada area seluas 800 hektar. Bangunan megah ini juga dikenal luas sebagai testimony of Sun King’s extravaganza. Tempat ini terletak hanya 15 mil atau sekitar 25 km sebelah barat daya kota Paris. Dbanguni pertama kali oleh Raja Louis XIII yang terpikat saat mengunjungi daerah ini. Ia pun membeli tanah di daerah tersebut lalu membangun sebuah pondok kecil di tahun 1622. Hingga di tahun 1622, Louis VIX yang dikenal pula dengan sebutan The Sun King menaruh minat yang besar pada Versailles. Karena faktor politik ia ingin memindahkan Royal Residence jauh dari Louvre Palace. Louis VIX inilah yang memegang tanggung jawab yang besar atas ekspansi pada Palace of Versailles yang masih berdiri megah hingga kini. Dalam proses pembangunannya, pengganti Louis XIII ini pun menyewa arsitek Louis Le Vau dan seorang artis Charles Le Brun untuk membuat model klasik istana yang akan ditempatinya itu. Pada akhirnya istana ini menjadi model klasik semua istana di Eropa.

Setelah kematian Louis Le Vau, Jules Hardouin Mansart ditugaskan untuk melakukan ekspansi    istana hingga tiga kali lipat dari ukuran semula. Di bawah pengawasan ketatnya, dibangunlah The Orangerie, The Grand Trianon dan The Royal Chapel di sayap utara dan selatan istana. Pada tahun 1761-1765, Louis XV dan Madame de Pompadour menambah pembangunan istana dengan The Opera and The Petit Trianon. Setelah revolusi Perancis berlalu, Napoleon menghabiskan musim panas di Versailles hingga ia turun tahta. Pada tahun 1830, Louis – Phillipe mengubah fungsi istana menjadi sebuah grand museum. Selain The Chapel, Opera dan Hall of Mirrors, banyak apartemen kecil di sekitar istana yang akhirnya dihancurkan untuk dibuat ruang pameran yang luas. Pada tahun 1960, seorang Kurator bernama Pierre Verlet bertanggung jawab untuk mengembalikan beberapa perabot penting istana yang hilang dan melakukan sejumlah restorasi pada apartemen kerajaan. Hingga saat ini, wisatawan yang berkunjung ke Versailles masih dapat menikmati interior istana yang spektakuler dilengkapi dengan sebuah taman terkenal di dunia bernama Geometric Garden.
Selfie di dalam komplek Chateau de Versailles
Sambil istirahat tetap eksis
Tempat ini sangat luas sekali, dan di dalamnya banyak beraneka ragam koleksi barang-barang peninggalan bersejarah. Setelah mengagumi interior dari Chateu de Versailles, mendengarkan sejarahnya, mengapresiasi kerajinan tangan dari lukisan, patung dan lainnya, kami pun sampai pada Gardens of Versailles. Yup taman di belakang komplek Chateau de Versailles yang sangat luas, dimana kami mencoba menyusuri taman ini, ternyata membuat kaki pegal-pegal juga.


Gardens of Versailles

Cukup lama kami mengitari komplek ini (dari jam 10 sampai dengan jam 14.00) dan kami pun memutuskan untuk mencari makan di dekat stasiun dengan membeli Mcdonald dan di-take away untuk sambil makan di dalam kereta. Karena kami ingin menghemat waktu agar bisa kembali ke kota Paris di sore harinya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 dan kami pun tiba di Arc du Triomphe. Arc du Triomphe adalah monumen berbentuk Pelengkung kemenangan di Paris yang berdiri di tengah area Place de l'Étoile, di ujung barat wilayah Champs-Élysées. Bangunan ini dibangun atas perintah Napoleon Bonaparte pada tahun 1806 setelah kemenangannya di Pertempuran Austerlitz adapun tujuan dibangunnya monumen ini untuk menghormati jasa tentara kebesarannya.

Disini kami pun menyempatkan diri untuk berfoto-foto selfie dengan berlatar belakang Arc du Triomphe, memang ini tempat mejadi mandatory place to take a picture.

Pose geje dengan Arc du Triomphe

Setelah beres mengambil foto-foto kami pun melanjutkan perjalanan dengan menyusuri Champ de Elysse dengan berjalan kaki. Sambil windows shopping, melihat-lihat aneka pertokoan di sepanjang jalan ini. Memang menyenangkan sekali jalan-jalan sore di wilayah ini, trotoar yang luas nan nyaman bagi para pejalan kaki. 

Tak terasa waktu sudah malam, kami pun kembali menuju hotel untuk mencari makan, dan lekas beristirahat karena besoknya kami harus berangkat pagi-pagi mengejar pesawat subuh untuk melanjutkan perjalanan kami ke Barcelona Spanyol.

Okey, sampai disini dulu perjalanan paris nya, sampai bertemu di Barcelona ya Guys...


2 komentar:

  1. hai Mas Rama,
    saya tertarik membaca jejak perjalanan anda di paris
    Bagaimana caranya beli tiket perahu batobus ( hop on hop off) >
    terima kasih informasinya

    suzan
    gracekur1402@gmailcom

    BalasHapus
  2. Blog yang menarik, membangkitkan kenangan akan tempat ini.... Saya ingat Montmartre dalam bahasa Perancis berarti “Bukit Para Martir”, karena nama itu dikaitkan dengan Uskup paris di abad ke 3.

    Saya mencoba menulis blog tentang ini , semoga anda suka : http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/06/paris-di-montmartre.html

    BalasHapus

Catatan Perjalanan Prancis, Paris 3 Hari

Cerita ini berlanjut dari cerita 16 bulan yang lalu, yang akhirnya saya menyempatkan diri kembali untuk menulis, oya sebelumnya saya sudah ...