Selasa, 09 Januari 2018

Catatan Perjalanan Prancis, Paris 3 Hari

Cerita ini berlanjut dari cerita 16 bulan yang lalu, yang akhirnya saya menyempatkan diri kembali untuk menulis, oya sebelumnya saya sudah menceritakan kisah perjalanan kami di Turki (disini), Roma Italy (disini) , Zermatt Swiss (disini) dan sekarang ini kisah kami saat berada di Paris Prancis.

Minggu, 10 Mei 2015, Zermatt, Switzerland (Swiss) 
Waktu sudah menunjukkan pukul 04.50 dan kami pun bergegas bangun untuk segera bersiap-siap, karena kami akan pergi ke Paris dengan menggunakan kereta dari Zermatt yang jam 06.37. Tidak lupa membereskan koper, beres-beres backpack dan segera turun untuk check out. Namun pada saat check out ternyata tidak ada orang di resepsionis dan kami pun harus menelepon yang punya hotel agar dapat menyelesaikan administrasi pembayaran.

Kabar buruk pun menyelimuti perasaan kami, di saat kami sedang terburu-buru untuk mengejar kereta, pembayaran via kartu kredit kami ditolak dikarenakan sistemnya belum tersetup karena masih pagi. Kejadian ini menyita waktu selama 15 menit sampai akhirnya bisa dilakukan pembayaran. Setelah selesai kami pun langsung pergi menuju stasiun. Namun alangkah sialnya, pada saat sampai di stasiun keretanya baru saja menginggalkan peron, sempat saya berlari-lari memanggil masinis, namun menjadi usaha yang sia-sia.


Yup, kejadian ini menjadi pelajaran bagi kami, biasanya saya pada saat check-in di hotel selalu langsung melunasi tagihan hotel, tapi entah kenapa pada saat di Zermatt ini saya lupa melakukannya. Saatnya menggunakan rencana B, ya kami menggunakan kereta yang 1 jam berikutnya untuk menuju Visp, dari Visp berganti kereta yang ke arah Bern. Perjalanan ke kota Bern dari Zermatt memakan waktu sekitar 1,5 jam, begitu sampai di kota Bern ini saya langsung membeli kembali tiket ke Paris yang menggunakan TGV (Jadwal disini) karena tiket yang sebelumnya menjadi hangus akibat tertinggal kereta dimana saya membelinya di Ticket Office yang ada di stasiun Bern setelah menanyakan ke Tourist Information.


Yup, tiket sudah di dapat tapi untuk mengejar kereta TGV kami harus naik kereta lagi dari Bern menuju Basel Sbb. Kereta TGV kami berangkat pukul 10.34 dari Basel Sbb menuju Paris dan berhenti di Gare De Lyon pada jam 13.37. Akhirnya kami sampai di kota Paris, kota impian istri saya, Alhamdulilah janji saya bisa dipenuhi. Dari Paris Gare Du Lyon ini kami langsung menuju hotel yang letaknya di Le Peletiere, dari Gare Du Lyon kami langsung mencari metro berkode M14 (Arah Saint Lazare) yang kemudian berganti metro di stasiun Chatelet dengan menggunakan metro M7 (arah La Courneuve) dan berhenti di stasiun Le Peletier (Map Metro Paris bisa didapat disini)


Dengan hanya berjalan 5 menit dari stasiun Le Peletier sampailah kami di Hotel Ibis Grand Boulevard (Review), langsung saja segera kami check-in dan tidak lupa langsung melunasi tagihan hotel tersebut. Hotel yang merupakan bagian dari Accor Group ini sangat nyaman, kebetulan saja kamar kami persis di bagian ujung lekuk hotel, jadinya kamar kami termasuk luas dengan pemandangan langsung ke jalan. Begitu masuk kamar kami langsung menyimpan tas, mengambil barang-barang yang diperlukan dan langsung pergi lagi utnuk jalan-jalan di sekitar hotel.


Yup, tujuan pertama kami adalah Louvre Palace, dimana lokasinya 2,8 Km dari hotel ke arah selatan atau 30 menit berjalan kaki dari hotel kami. Memang cukup jauh jikalau berjalan kaki namun kami sangat menikmati dengan lingkungan sepanjang perjalanan kami.


30 Menit kemudian kami pun sampai di Louvre Palace yaitu merupakan benteng yang dibangun pada abad ke-12 di bawah pemerintahan Philip II. Bangunan ini diperluas beberapa kali hingga membentuk Istana Louvre yang sekarang ini. Pada tahun 1682, Louis XIV memilih Istana Versailles sebagai kediaman pribadi, meninggalkan Louvre untuk selanjutnya dijadikan sebagai tempat untuk menampilkan koleksi-koleksi kerajaan.
Bagian Louvre Palace yang dijadikan tempat koleksi benda-benda bersejarah adalah Musée du Louvre dimana menjadi salah satu museum terbesar, museum seni yang paling banyak dikunjungi dan sebuah monumen bersejarah di dunia dengan memiliki 35.000 benda dari zaman prasejarah hingga abad ke-19 dipamerkan di area seluas 60.600 meter persegi.

Istri berpose di Louvre Palace dan Pyramide du Louvre

Pose gaya tapa melayang

Mengintip dari dekat Pyramide du Louvre

Sekitar 60 menit kami menikmati suasana di Louvre Palace ini dengan mengambil banyak foto dan duduk nongkrong sambil melihat aktifitas orang-orang di sekitar Louvre Palace, sungguh sangat menyenangkan. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 19.00, waktunya kami kembali ke hotel dan menyantap makan malam di cafe Casa Tina sebelah hotel Ibis, makanannya enak, dan disana pula kami pertama kali menyantap Escargot, sayangnya waktu itu tidak membawa kamera jadi tidak sempat mengabadikan foto disana.

Senin, 11 Mei 2015, Paris, France
Alarm berdering dan waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi, kami pun segera bangun dan langsung bersiap-siap untuk sarapan pagi di Hotel serta bersiap diri untuk langsung berpelesir ria berkeliling kota Paris. Untuk berkeliling kota paris kami tidak membeli Paris Pass / Paris Visite karena menurut kami hitungannya lebih mahal (https://www.ratp.fr/en/titres-et-tarifs/paris-visite-travel-pass untuk keterangan paris visite) jadi karena sebagian besar akan kami tempuh dengan berjalan kaki sehingga kami hanya membeli T+ 10 Ticket (Berbentuk buku yang terdiri dari 10 tiket), kalau dihitung-hitung sih sedikit lebih hemat dan bisa berlaku untuk naik metro dan bus.

Tempat wisata kami yang dikunjungi pertama kali adalah daerah Montmartre dimana merupakan sebuah bukit (butte Montmartre) setinggi 130 meter, memberikan namanya pada distrik sekitarnya, di utara Paris di arondisemen ke-18. Di puncak bukit Montmartre terdapat sebuah gereja romawi yang dikenal dengan Basilica of the Sacré Cœur berkubah putih, dimana gereja ini merupakan sebagai monumen ganda atas politik dan kebudayaan dari sejarah Perancis. Di daerah Montmartre ini banyak sekali seniman yang demonstrasi kepiawaiannya dalam melukis sehingga menjadikan wilayah yang sering dikunjungi wisatawan, oya kononnya banyak seniman yang mendirikan studio atau bekerja di sekitar komunitas Montmartre seperti Salvador Dalí, Modigliani, Claude Monet, Pablo Picasso dan Vincent van Gogh.



Sambil beristirahat, berselfie ria dengan Basilica of The Sacre Coeur


Saya dan Basilica of The Sacre Coeur


 Istri dan pemandangan dari atas bukit Montmartre

Cukup lama kami mengelilingi bukit Montmartre rasanya sangat menyenangkan karena banyak yang bisa dilihat, tak lama pun kami turun dari bukit tersebut ke arah Boulevard de Clichy dengan berjalan kaki, sebenarnya kita bisa naik turun bukit Montmartre dengan menggunakan Funiculaire (Sejenis tram untuk naik turun bukit) tapi kami lebih memilih dengan berjalan kaki. Sayangnya kami mengalami kejadian yang tidak menyenangkan, dimana kami disuruh membeli gelang dengan paksa oleh orang-orang berkulit hitam dengan harga 15 Euro, itu pun orang-orang tersebut sambil merogoh celana saya, sungguh sangat merusak mood kami berwisata.


Tapi kejadian tersebut tidak boleh merusak mood wisata kami, jadi yah kami gunakan sebagai bahan pembelajaran kami saja untuk berwaspada kalau sudah melihat segerombolan orang-orang berkulit hitam (Waktu kami berkunjung kesana memang sedang banyak imigran). Oke, Saatnya melanjutkan perjalanan, turun dari Montmartre kami menelusuri Boulevard de Clichy, disepanjang jalan ini terdapat toko souvenir untuk oleh-oleh, dan kami pun berjalan ke arah barat menuju Moulin Rouge, yaitu sebuah tempat pertunjukan cabaret di Paris yang didirikan pada tahun 1889 oleh Charles Zidler dan Joseph Oller, dimana tempat ini merupakan tempat kelahiran can-can dance yang berkembang menjadi bentuk kabaret, oya di sepanjang jalan ini juga banyak hiburan untuk 17th ke atas hahahaha...



Mengabadikan momen di depan Moulin Rouge

Setelah menyusuri Boulevard de Clichy ini kami pun langsung naik subway dari Stasiun Blanche ke stasiun Cite, dimana disana terdapat Katedral Notre-Dame, yup dari Moulin Rouge ke Notre-Dame cukup naik 2x subway selama 26 menit perjalanan.


Notre-Dame Cathedral adalah katedral berasitektur gothic di sebelah timur Île de la Cité di Paris, Perancis, dengan pintu masuk utama di barat. Selain tujuan wisata, gereja ini juga masih digunakan untuk tempat misa dan Uskup Agung Paris. Notre Dame de Paris dianggap sebagai salah satu contoh terbaik dari arsitektur gothic Perancis dimana bangunan tersebut selesai didirikan pada tahun 1345. Bangunannya luar biasa megah, dengan detil-detil hiasan bangunan yang sangat istimewa, seperti ada patung gargoyle dan chimera.




Istri dan bagian depan Notre-Dame de Paris


Bagian dalam Notre-Dame de Paris

Sungguh menakjubkan, bangunan ini membuat saya berdecak kagum dimana detil bangunannya benar-benar membuat kami bertanya-tanya, bagaimana pada zaman dahulu dengan teknologi terbatas tapi orang-orang ini dapat membuat bangunan sebagus ini dan sangat detail terhadap hiasan-hiasan bangunannya.


Selfie di depan Notre-Dame Cathedral

Sekitar 30 menit kami menikmati suasana di Sekitar Notre-Dame ini, kami pun langsung jalan menuju Pont De l'archeveche, disini terdapat jembatan yang oleh para turis suka dipakai menggantungkan gemboknya, jadi kita pun ikut-ikutan menggantungkan gemboknya disini (Konon katanya yang pasang gembok disini niscaya akan kembali lagi kesini).



Ikut pasang gembok di sini, semoga di tahun-tahun berikutnya bisa kembali mengunjungi Paris

Setelah itu kami pun langsung pergi untuk menuju menara Eiffel dengan menggunakan perahu Batobus, soalnya lumayan jauh dari Notre-Dame ke Menara Eiffel, dan sekaligus penasaran juga ingin berlayar menyusuri sungai Seine. Batobus merupakan operator perahu di sungai seine yang memiliki 9 stasiun di sepanjang sungai seine yaitu Eiffel Tower, Musée d'Orsay, St-Germain-des-Prés, Notre-Dame, Jardin des Plantes/Cité de la Mode et du Design, Hôtel-de-ville, Louvre, Champs-Élysées and Beaugrenelle. Sistem nya Hop-on-Hop-off dengan harga tiketnya €11 (1-Day Pass) yang berlaku selama 24 Jam, selama perjalanan  cukup menarik juga untuk menambah pengalaman.

Perahu batobus sedang mengarungi sungai seine (Sumber: Google)

Kurang lebih memakan waktu 60 Menit dari stasiun Notre-Dame menuju stasiun Eiffel dan kami pun turun serta lanjut menuju menara Eiffel. Disini tidak lupa kami membeli jajanan (Es Krim dan Minuman) buat bersantai-santai di bawah menara Eiffel.

Eiffel adalah adalah salah satu bangunan tertinggi di Paris yang dirancang oleh Gustave Eiffel, dimana struktur ini memiliki tinggi 325 Meter. Eiffel dibangun  antara tahun 1887 dan 1889 dengan tujuan sebagai pintu masuk Exposition Universelle, Pameran Dunia yang merayakan seabad Revolusi Perancis. Struktur menara Eiffel ini merupakan Struktur besi dengan bobot seberat 7.300 ton, sementara untuk keseluruhan struktur termasuk komponen non-besi berbobot 10.000 ton. 

Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah, akhirnya salah satu janji saya ke Istri bisa terpenuhi juga untuk melihat Menara Eiffel. Bangunannya luar biasa menakjubkan, kami berputar-putar sambil melihat struktur bangunan ini, dan akhirnya menemukan tempat yang nyaman untuk bersantai sejenak sambil menikmati suasana.

 Istirahat sejenak sambil makan es krim dengan first class view of Eiffel Tower

Cukup lama kami menikmati suasana sekitar Eiffel ini bahkan saking nyamannya kami sampai mengantuk, kemudia kami pun bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan berikutnya yakni ke Trocadero. Trocadero atau Place du Trocadéro merupakan sebuah tempat yang bagian dari Palais de Chaillot dimana di tempat ini kita bisa menikmati pemandangan panorama dari menara Eiffel. Lokasi Trocadero ini tepat bersebrangan dengan menara Eiffel, kita tinggal menyebrang sungai Seine dan sampailah kita pada Palais de Chaillot lalu lanjutkan sampai ke atas bukit. Pemandangan dari atas sini sangat mengagumkan kami pun kembali menikmati suasana Trocadero sambil melihat aktifitas orang-rang disini.

Selfie di Trocadero dengan pemandangan Eiffel Tower

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 19.00, namun matahari masih tetap menyilaukan, akhirnya kami memutuskan untuk jalan pulang ke Hotel dengan menggunakan MRT sambil mencari-cari tempat makan dimana bisa memuaskan kuliner kami disini. 


Selasa, 12 Mei 2015, Paris, France

Hari ini jadwalnya sengaja dibuat tidak begitu padat, jadi kami bisa sedikit menikmati hotel dengan bangun agak siang dan menikmati sarapan yang telah disediakan. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00, saatnya kami bersiap-siap untuk pergi ke Versailles Pallace (Istana Versailles) yang kononnya istana termegah di Perancis.

Untuk pergi kesana, kami menggunakan kereta, dari tempat kami menginap kami hanya ganti kereta sekali dari line metro RER Zone 1 ke Line kereta RER C Zone 4 (Kereta untuk keluar kota paris) dan turun di stasiuVersailles Rive Gauche (VRG), harga tiketnya sekitar 3.05 Euro dan menempuh perjalanan dari hotel sekitar 45 Menit.


Sampailah kami di stasiun Versailes Rive Gauche (VRG) begitu keluar kami pun langsung jalan menuju Istana Versailles, oya sebelum kesini kami sudah membeli tiket online yang seharga 20 Euro untuk dapat masuk ke dalam palace dan mengeksplor taman nya yang luas (info tiket http://en.chateauversailles.fr/plan-your-visit/tickets-and-prices) untuk menghindari antri beli tiket, tapi tetap saja untuk masuknya pun kami harus mengantri sekitar 30 Menit.


Versailles Palace/Chateau de Versailles merupakan Sebuah Estate yang dibangun oleh Louis XIV sebagai simbol monarki absolut pada area seluas 800 hektar. Bangunan megah ini juga dikenal luas sebagai testimony of Sun King’s extravaganza. Tempat ini terletak hanya 15 mil atau sekitar 25 km sebelah barat daya kota Paris. Dbanguni pertama kali oleh Raja Louis XIII yang terpikat saat mengunjungi daerah ini. Ia pun membeli tanah di daerah tersebut lalu membangun sebuah pondok kecil di tahun 1622. Hingga di tahun 1622, Louis VIX yang dikenal pula dengan sebutan The Sun King menaruh minat yang besar pada Versailles. Karena faktor politik ia ingin memindahkan Royal Residence jauh dari Louvre Palace. Louis VIX inilah yang memegang tanggung jawab yang besar atas ekspansi pada Palace of Versailles yang masih berdiri megah hingga kini. Dalam proses pembangunannya, pengganti Louis XIII ini pun menyewa arsitek Louis Le Vau dan seorang artis Charles Le Brun untuk membuat model klasik istana yang akan ditempatinya itu. Pada akhirnya istana ini menjadi model klasik semua istana di Eropa.

Setelah kematian Louis Le Vau, Jules Hardouin Mansart ditugaskan untuk melakukan ekspansi    istana hingga tiga kali lipat dari ukuran semula. Di bawah pengawasan ketatnya, dibangunlah The Orangerie, The Grand Trianon dan The Royal Chapel di sayap utara dan selatan istana. Pada tahun 1761-1765, Louis XV dan Madame de Pompadour menambah pembangunan istana dengan The Opera and The Petit Trianon. Setelah revolusi Perancis berlalu, Napoleon menghabiskan musim panas di Versailles hingga ia turun tahta. Pada tahun 1830, Louis – Phillipe mengubah fungsi istana menjadi sebuah grand museum. Selain The Chapel, Opera dan Hall of Mirrors, banyak apartemen kecil di sekitar istana yang akhirnya dihancurkan untuk dibuat ruang pameran yang luas. Pada tahun 1960, seorang Kurator bernama Pierre Verlet bertanggung jawab untuk mengembalikan beberapa perabot penting istana yang hilang dan melakukan sejumlah restorasi pada apartemen kerajaan. Hingga saat ini, wisatawan yang berkunjung ke Versailles masih dapat menikmati interior istana yang spektakuler dilengkapi dengan sebuah taman terkenal di dunia bernama Geometric Garden.
Selfie di dalam komplek Chateau de Versailles
Sambil istirahat tetap eksis
Tempat ini sangat luas sekali, dan di dalamnya banyak beraneka ragam koleksi barang-barang peninggalan bersejarah. Setelah mengagumi interior dari Chateu de Versailles, mendengarkan sejarahnya, mengapresiasi kerajinan tangan dari lukisan, patung dan lainnya, kami pun sampai pada Gardens of Versailles. Yup taman di belakang komplek Chateau de Versailles yang sangat luas, dimana kami mencoba menyusuri taman ini, ternyata membuat kaki pegal-pegal juga.


Gardens of Versailles

Cukup lama kami mengitari komplek ini (dari jam 10 sampai dengan jam 14.00) dan kami pun memutuskan untuk mencari makan di dekat stasiun dengan membeli Mcdonald dan di-take away untuk sambil makan di dalam kereta. Karena kami ingin menghemat waktu agar bisa kembali ke kota Paris di sore harinya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 dan kami pun tiba di Arc du Triomphe. Arc du Triomphe adalah monumen berbentuk Pelengkung kemenangan di Paris yang berdiri di tengah area Place de l'Étoile, di ujung barat wilayah Champs-Élysées. Bangunan ini dibangun atas perintah Napoleon Bonaparte pada tahun 1806 setelah kemenangannya di Pertempuran Austerlitz adapun tujuan dibangunnya monumen ini untuk menghormati jasa tentara kebesarannya.

Disini kami pun menyempatkan diri untuk berfoto-foto selfie dengan berlatar belakang Arc du Triomphe, memang ini tempat mejadi mandatory place to take a picture.

Pose geje dengan Arc du Triomphe

Setelah beres mengambil foto-foto kami pun melanjutkan perjalanan dengan menyusuri Champ de Elysse dengan berjalan kaki. Sambil windows shopping, melihat-lihat aneka pertokoan di sepanjang jalan ini. Memang menyenangkan sekali jalan-jalan sore di wilayah ini, trotoar yang luas nan nyaman bagi para pejalan kaki. 

Tak terasa waktu sudah malam, kami pun kembali menuju hotel untuk mencari makan, dan lekas beristirahat karena besoknya kami harus berangkat pagi-pagi mengejar pesawat subuh untuk melanjutkan perjalanan kami ke Barcelona Spanyol.

Okey, sampai disini dulu perjalanan paris nya, sampai bertemu di Barcelona ya Guys...


Catatan Perjalanan Turki, Istanbul - Goreme (Cappadocia) 5 Hari

Mencari informasi sedalam-dalamnya dan sedetil-detilnya sebelum melakukan perjalanan panjang adalah hal yang mutlak harus dilakukan bagi saya dan saya sangat terbantu sekali dari para bloggers yang sudah melakukan perjalanan. Kali ini merupakan pertama kali saya menulis blog karena saya ingin berbagi pengalaman dan informasi dari perjalanan yang telah saya lakukan agar menjadi bahan referansi bagi teman-teman sekalian yang nantinya membutuhkan informasi ini.


2 Tahun lalu, saya dan istri sudah merencanakan akan melakukan perjalanan keliling Eropa, namun Alhamdulilah awal Mei 2015 ini sudah terealisasikan, adapun itinerary perjalanan kami Istanbul-Cappadocia-Roma-Geneva-Zermatt-Paris-Barcelona

Berbekal modal dasar yang sangat penting, yaitu Internet mulai lah saya melakukan pencarian informasi terkini dan ter-uptodate dari mulai Desember 2014, itinerary nya bisa di download disini ITINERARY


Kamis, 30 April 2015, Jakarta, Indonesia
Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00. Karena urusan pekerjaan, saya dan istri baru bisa bergegas ke Bandara Soekarno - Hatta, padahal flight kita adalah jam 19.40 WIB menggunakan Lufthansa, kami mengalami sedikit kendala di Tol Bandara terjadi kemacetan yang luar biasa parahnya sampai berhenti total, keringat dingin dan mules-mules rasanya melihat kemacetan yang begitu parah dan rasa takut kami akan ketinggalan pesawat, akhirnya saya melihat tukang ojeg yang menawarkan jasanya dipinggir jalan tol. Indahnya negeri kita ini adalah semuanya adalah mungkin, kami memutuskan untuk menggunakan jasa tukang ojeg tersebut dengan menyewa 2 tukang ojeg untuk membawa saya dan istri beserta 2 tas koper, tidak lupa bilang ke tukang ojeg : "Bang tolong tancap gas, kita sudah mau ketinggalan pesawat", tanpa basa basi tukang ojeg pun langsung tancap gas, ngeri juga rasanya sambil membawa koper yang besar (28 Kg) selap selip diantara mobil dan bus, membutuhkan waktu 10 menit sampai ke Terminal 2, dan ongkosnya pun luar biasa yaitu 2 motor sebesar Rp. 150.000,-, ongkos yang lumayan untuk tukang ojeg, tapi bagaimana pun kami berterima kasih, kalau tidak kerugian finansial bisa lebih parah dari itu.

Oke, back to story, tiket kami menggunakan Lufthansa dari Jakarta Cengkareng (Terminal 2) ke Istanbul Attaturk ( Terminal 2) kami booking via Lufthansa langsung karena lebih murah. Tapi tips untuk mencari jadwal dan komparasi harga bisa via Cheapoair atau Farecompare ,dua website itu yang jadi andalan saya buat mencari jadwal dan penerbangan mana yang sesuai dengan budget, dan begitu klop jadwal dan harganya, biasanya saya langsung ke web penyedia jasanya untuk booking (Oya dari hasil riset saya juga menemukan Vietnam Airlines, Qatar Airlines, Etihad, Malaysian Airlinies, harga tiketnya berkisar $580 - $900).

Lanjut cerita, kita tiba di Terminal 2 D langsung melakukan check-in di Desk Lufthansa, oya jangan lupa untuk mengurus Visa, untuk visa Turki bisa langsung didapat di webnya Disini, prosesnya untuk kami sih 1 hari langsung jadi, dan visanya langsung dikirim ke email berupa Format PDF. Visa nya valid untuk 3 bulan 27 hari, dengan masa duration of stay 30 hari, jadi biar aman apply nya bisa 3 minggu atau 2 minggu sebelum hari keberangkatan. Karena akan pergi mengelilingi eropa, jangan lupa mengurus juga Visa Schengen yang nanti harus diperlihatkan pada saat check-in di desk Lufthansa, untuk mengurusnya bisa di negara Eropa yang pertama kali dikunjungi atau di negara Eropa yang paling lama ditinggali, berhubung negara selanjutnya dari Turki kami akan lanjut ke Italy, maka kami mengurus disana dengan bantuan agency (maksudnya biar gak ribet kesana kemari, mengingat domisili saya dan istri berbeda) syarat-syarat visa schengen nya bisa di Download disini.

Back to story lagi, setelah check in, kami langsung boarding mengingat pada saat check in kami sudah diinformasikan bahwa pesawat sudah boarding, masuk ke Gate dan berhasilah kami duduk manis di dalam pesawat dengan nafas tersengal-sengal, baru juga akan menulis pengalaman baru namun di awal-awal sudah mengalami pengalaman yang hebat, sayang sekali kami tidak bisa mengambil foto pada saat naik ojeg nya.

Pesawat pun tak lama langsung take-off, dengan tujuan pertama ke Kuala Lumpur untuk stop over selama 1 jam, yang kemudian melanjutkan perjalanan menuju frankfurt selama 12 jam perjalanan, tidak terasa perjalannya karena on-flight entertainment-nya banyak film-film box office dan dipakai tidur. Esoknya jam 07.00 pagi kita sudah tiba di frankfurt untuk ganti pesawat dan jam 09.00 pagi kami pun meluncur menuju Istanbul Attaturk, dengan menggunakan Lufthansa.


Jumat, 1 Mei 2015, Istanbul, Turki.
Jam 13.00, Alhamdulilah kami sudah mendarat di Istanbul Attaturk Airport, kondisinya lumayan padat untuk sampai keluar imigrasi antriannya cukup panjang mengular, begitu keluar dari immigrasi kami langsung ambil koper-koper kami dan langsung keluar menuju Metro, Metro nya ada disisi kanan bandara dan di lantai bawah, untuk aksesnya cukup mudah dan ada 2 pilihan, pertama kita beli Istanbulkart (sejenis top up card yang bisa diisi ulang harganya 10 TL dan udah ada isi 4 TL) atau bisa beli Billet Token (sejenis koin kecil dari plastik) yang harganya 4 TL 1 token untuk sekali akses Metro atau Tram.

Penginapan kita ada di area Sultanahmet namanya Minel Hotel yang dibooking via www.booking.com (Minel Hotel Review) , jadi rute yang kita ambil dari Istanbul Attaturk, naik Metro M1a ke arah Yenikapi, turun di Zeytinburnu, lalu lanjut lagi naik Metro T1 ke arah Kabatas turun di Sultanahmet (kalau Minel Hotel turun di Gulhane), di Istanbul sekali akses Metro itu harus pakai 1 Billet Token, jadi kalau naik 2x Metro harus sedia 2x Billet Token (yang kita alami seperti itu). Tapi perjalanan kami tidak semulus yang direncanakan, ditengah-tengah perjalanan, Topkapi Station, kita disuruh turun dan diinformasikan oleh petugas Polisi bahwa sedang ada Strike (unjuk rasa) May Day, Kami pun sempat bingung juga karena tidak merencanakan perjalanan selain naik Metro, disuruh orang lokal naik bus umum, tapi kami tidak tahu pula jurusan busnya yang mana dari sekian banyak bus yang melintas. Akhirnya kami memutuskan saja naik Taksi dan keluar ongkos sekitar 25 TL untuk sampai area Sultanahmet, karena hotel kami ada di Gang sempit tidak jauh dari jalan Alemdar Cd jadi kami turun di pinggir jalan. Jalan sedikit masuk ke Gang, dan tibalah kami di Minel Hotel, Hotel yang kecil namun bersih, nyaman, dan hangat dengan pelayanan yang sangat maksimal. Kami pun segera check in dan langsung ke kamar untuk beristirahat sebentar, bersih-bersih badan, dan lanjut jalan jalan kecil seputaran hotel, dan ternyata hotelnya dekat sekali dengan Haga Sophia dan Blue Mosque. Hari ini kami hanya melihat situasi kota Istanbul dan pemandangannya di sore hari sambil mencari makan malam dekat dengan Hotel.


Sabtu, 02 Mei 2015, Istanbul Turki.
Pagi - pagi jam 09.00 dengan rasa sejuk suhu 14 Derajat Celcius membangkitkan semangat kami untuk langsung mengexplore Istanbul. Tempat pertama yang kami datangi dengan langkah kaki adalah Basilica Cistern, tempatnya berseberangan dengan Hagia Sophia dan tepat di depan Gedung Polisi, harga tiket masuknya adalah 10 TL.

Basilica Cistern (Yerebatan Sarnici) 
Basilica Cistern Merupakan Waduk yang di bangun oleh Raja Justinian I pada tahun 532 SM dan di bawah permukaan tanah yang bertujuan untuk sebagai sumber air minum bagi istana raja dan warga yang tinggal di sekitarnya, namun sekarang hanyalah menjadi tempat wisata. Tempatnya lembab, dingin, dan gelap dengan pilar-pilar yang dihiasi oleh lampu sorot membuat Basilica Cistern menjadi terkesan agung, dan menurut kami sih merupakan tempat yang wajib dikunjungi. Oya, disini juga ada pilar berukiran Medusa yang dijadikan pondasi untuk pilar, namun tak ada yang tahu mengapa ukiran Medusa bisa ada disitu.

Ukiran Medusa di Salah Satu Pilar Basilica Cistern
Tempat selanjutnya yang kami datangi adalah Hagia Sophia, letaknya berseberangan dengan Basilica Cistern yang berada di Sultanahmet Area. Untuk masuk ke dalamnya kami harus mengantri untuk pembelian tiket, tips nya sih usahakan pagi-pagi sekitar jam 9-an sudah ada di lokasi untuk menghindari antrian yang panjang serta jangan lupa siapkan uang 25 TL untuk tiket masuknya.

Selfie di Antrian Menuju Hagia Sophia
30 Menit tidak terasa kami mengantri, dan masuklah ke dalam Hagia Sophia, bangunan ini adalah harta warisan penting dunia yang sudah berusia ribuan tahun dan memiliki sejarah masa lalu panjang bagi umat manusia khususnya bagi umat Kristen dan Islam. Yang membuat lebih menarik selain usia dan sejarahnya adalah keindahan arsitekturnya yang mengagumkan karena dibuat berabad-abad lampau namun sampai dengan saat ini kemegahannya masih bisa disaksikan oleh kita.

Hagia Sophia, Bagian Dalam 

Hagia Sophia Dari Taman Sultanahmet

Setelah keluar dari Hagia Sophia, kami pun langsung melangkahkan kaki ke tempat selanjutnya yakni Blue Mosque. Mesjid megah nan agung yang berlokasi berhadapan dengan Hagia Sophia, Blue Mosque yang nama lainnya adalah Sultan Ahmet Camii atau Masjid Sultan Ahmet, terbuka untuk umum setiap hari kecuali setengah jam sebelum waktu sholat tiba. Lokasi ini juga tertutup lebih lama di pertengahan hari Jumat saat sholat Jumat di gelar di masjid tersebut.

Bangunan ini di didirikan oleh Sultan Ahmet I diantara tahun 1609 hingga 1616. Peresmian nya ditandai dengan ibadah sholat yang di lakukan oleh Sultan Ahmet untuk pertama kalinya di masjid tersebut pada tahun 1617. Karya yang agung ini di dasari oleh desain bangunan yang di kerjakan oleh arsitektur Ottoman terkenal bernama Mehmet Aga. Selain bangunan masjid, di dalam kawasannya sendiri terdapat air mancur, pemandian, rumah sakit, sekolah islam (madrasah), dan juga makam dari Sultan Ahmet I serta memiliki 6 buah menara.

Blue Mosque, kemegahan yang dihiasi oleh ornamen pada kubahnya 

Tampak Blue Mosque dari samping

Yup, perjalanan selanjutnya adalah menuju Grand Bazaar, dari Blue Mosque tinggal jalan mengikuti jalur trem ke arah barat sampai ketemu Atik Ali Pasa Mosque di sebelah kanan, lalu belok kanan dan ikuti ke arah utara. Grand Bazaar merupakan salah satu pasar tertutup yang paling tua dan paling besar di dunia, yang memiliki banyak barang jualan beberapa di antara adalah perhiasan, keramik dengan lukisan tangan, karpet, rempah-rempah, barang antik, jaket kulit, baju, dll. Karena pasar ini sangat besar, jenis barang yang dijual pun bervariasi dan dibuat untuk satu variasi dalam satu blok, sehingga membuat kita menjadi mudah dalam berbelanja. Oya selain pasar indoor, di pinggiran Grand bazaar nya pun banyak pedagang-pedagang yang menjajakan dagangannya, menarik untuk di eksplor namun kami pun harus berhati-hati dengan barang bawaan kami, soalnya banyak si tangan panjang.

Di Dalam Grand Bazaar 

Selfie di luar Grand Bazaar 

Setelah puas dengan berjalan-jalan di Grand Bazaar, selanjutnya kami berjalan ke arah barat sambil menebak-nebak jalan yang akan kami tempuh. Namun secara tidak sengaja kami menemukan sebuah Mesjid namanya Suleymaniye Mosque (kalau tidak salah) dan masuk melalui pintu belakang, dan kami disuguhkan oleh pemandangan yang luar biasa, yaitu pemandangan kota Istanbul menghadap ke selat Bosphorus.

View dari halaman belakang Suleymaniye Mosque 

Istri saya dan Sulamaniye Mosque, bangunannya mirip Blue Mosque 

Setelah dari Sulamaniye Mosque, kembali kami berjalan ke arah selatan yakni ke Selat Bosphorus. Selat Bosphorus merupakan adalah sebuah selat yang memisahkan Turki bagian Eropa dan bagian Asia termasuk kota Istanbul, yang menghubungkan Laut Marmara dengan Laut Hitam. Selat ini memiliki panjang 30 km, dengan lebar maksimum 3.700 meter pada bagian utara, dan minimum 750 meter antara Anadoluhisarı dan Rumelihisarı. Kedalamannya bervariasi antara 36 sampai 124 meter. 

Disini kami berjalan melintasi Galata Bridge untuk ke kota Istanbul bagian Asia. Untuk melintasi Galata Bridge ini ada dua pilihan, bisa lewat atas atau lewat bawah. Awalnya kami berjalan lewat bawah jembatan, dimana di pinggirnya banyak sekali restaurant-restaurant yang berbau seafood, namun sesampainya di tengah kami langsung naik ke atas jembatan dan kemudian berjalan kembali sampai ke tepi benua Asia. 

Selfie di Istanbul tepi Eropa, sebelah kami ada Bule dari Australia yang penasaran dengan perangkat selfie kami, sehingga mengajak ngobrol 

Selfie di atas Galata Bridge, disini banyak orang lokal yang memancing 

Sesampainya di Istanbul benua Asia, kemudian kami langsung menuju Galata Tower. Menara Galata pada mulanya didirikan untuk menara pengawas pertahanan kota, tetapi tahun 1717 Ottoman mulai menggunakan menara untuk melihat sumber kebakaran di kota. Pada 1794, pada masa pemerintahan Sultan Selim III, atap menara terbuat dari timah dan kayu, dan tangga rusak parah akibat kebakaran. Api lain merusak bangunan itu pada tahun 1831, atas mana sebuah karya pemulihan baru terjadi. Pada tahun 1875, saat badai, atap berbentuk kerucut di bagian atas bangunan itu hancur. Menara ini tetap tanpa atap kerucut ini untuk sisa dari periode Ottoman. Namun kini pada 1965-1967, selama Republik Turki, topi kerucut asli dikembalikan dan pada restorasi akhir tahun 1960-an, interior kayu menara digantikan oleh struktur beton dan itu dikomersialisasikan dan dibuka untuk umum. Untuk masuk ke dalam Galata Tower kami diharuskan mengantri dengan antrian yang cukup panjang

Galata Tower 

Tak terasa, ternyata kami telah jalan menempuk jarak sejauh 11.78 KM (Based LG Health Application) dan waktu sudah menunjukkan jam 17.00, sekarang saatnya kami pulang sambil mencari makan malam. Dalam perjalanan pulang kami mendapatkan pengalaman yang kurang mengenakkan, dikarenakan jalan sekitar Galata berlorong-lorong kami mengambil jalan yang salah dimana kondisi jalannya cukup sepi. Disana ada seorang tukang semir sepatu, pada saat dia lewat kami dia menjatuhkan sikat sepatunya, secara refleks saya memanggil dia untuk memberitahu bahwa sikatnya jatuh. Ternyata itu adalah modus bagi dia untuk memaksa kami menggunakan jasa semir sepatunya, yang mana kami harus mengeluarkan uang 15 TL (Awalnya dia minta 25 TL) untuk semir sepatu saya dan istri. Jadi, hindari jalan sepi dan kalau ada yang menjatuhkan sikat atau barang dagangan dari pedagang kaki lima, mending cuek saja dan keep walking.


Semir sepatu mahal, sisi positifnya, sepatu kami jadi bersih. 

Berhubung kaki sudah pegal dan lemas, kami memutuskan pulang naik tram. Tram/Metro T1 dari Galata Tower ke Sultanahmet Area, cukup dengan berjalan sampai dengan stasiun Karakoy lalu naik tram/metro yang ke arah benua eropa (Arah Bagcilar) lalu turun di stasiun Sultanahmet, disini banyak sekali aneka makanan dari yang harga bersahabat sampai dengan harga kelas restaurant mewah, tinggal menyesuaikan dengan budget saja. Dan selepas makan malam pun kami pulang ke hotel untuk beristirahat, soalnya kami masih mengalami gejala efek jetlag.

Kamar di Monel Hotel, kecil namun nyaman dan bersih, maaf berantakan kamarnya. 



Minggu, 3 Mei 2015, Istanbul, Turki
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00, kami lekas bersiap-siap untuk mandi dan sarapan, padahal kami membeli kamar di booking.com itu tanpa breakfast, namun alhamdulilah berkat kebaikan staff nya, kami dipersilahkan untuk menikmati hidangan pagi ala Minel Hotel. Oya, hari ini juga merupakan hari terakhir kami di Istanbul, jadi kami pun langsung check-out dan menitipkan koper kami ke lobby hotel. Tanpa berlama - lama kami pun segera berangkat menuju Topkapi Palace.

Topkapi Palace mulai dibangun pada tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmed II. Kompleks istana terdiri dari empat lapangan utama dan banyak bangunan-bangunan kecil. Pada puncaknya, istana ini dihuni oleh 4.000 orang. Selain sebagai tempat tinggal kerajaan, istana digunakan untuk acara-acara kenegaraan dan hiburan kerajaan. Sekarang ini menjadi daya tarik wisata dan berisi peninggalan suci penting dari dunia Muslim, termasuk pedang dan jubah Nabi Muhammad. Kepentingan Istana Topkapi memudar pada akhir abad ke-17 karena sultan lebih suka menghabiskan waktu di istana baru mereka di Bosporus dan pada tahun 1856, Sultan Abd-ul-Mejid I memindahkan kediamannya ke Istana Dolmabahçe.

Topkapi Palace ini terletak di Sultahamet Area juga, salah satu pintu masuknya berada di jalan Alemdar cd, dimana percis berada di depan Gang hotel tempat kami menginap. Jangan lupa siapkan uang 30 TL untuk membeli tiket masuk dan usahakan untuk berada di lokasi pagi hari sekitar jam 09.00 guna menghindari antrian panjang, oiya untuk masuk ke Harem Apartment kita harus menambah tiket yang harganya 15 TL.

Area Topkapi Palace ini cukup besar dengan berbagai ruangan yang mempunyai fungsi masing-masing di antaranya ruangan The Imperial Treasury, Library of Sultan Ahmet III, Hall of Audience Hall, Harem Apartment, Agalar Mosque, Armory Room, Privy Room, Palace Kitchen dll.

Berpose di depan Gerbang Topkapi Palace 

Topkapi palace ini cukup besar dan membutuhkan waktu 2 - 3 jam untuk di eksplore, begitu masuk 2nd Court akan disuguhi taman yang cukup besar dan di sebelah kiri pojok akan menemukan The Armory room (ruangan yang berisikan senjata-senjata zaman Ottoman beserta senjata hasil rampasan dalam perangnya.

Keluar dari situ kami memasuki The Gate of Felicity yang langsung terhubung dengan Throne Room dan masuk ke 3rd Court. Di sektor ini kami menemukan Treasury Room (Perhiasan-perhiasan zaman Ottoman) Caligraphy Gallery, Hareem Apartment, dan Privy Room atau Agalar Mosque.

Tempat favorit kami yaitu Agalar Mosque (Privy Room) disini terdapat benda-benda historikal bagi umat Muslim yang disimpan di beberapa sektor pada bangunan ini, yaitu:
  • Destimal Chamber, Disini ada benda-benda peninggalan dari era Nabi Daud, Nabi Yusuf, Nabi Musa, dan jejak kaki Nabi Muhammad SAW 
  • Sardivanli Sofa, Disini menyimpan barang-barang Ka'bah seperti casing (pembungkus) batu Hajar Aswad ( The Black Stone), pintu Ka'bah atau The Door of Repentance, serta pedang-pedang para sahabat Nabi Muhammad SAW pun di display disini. 
  • Audience Chamber, Atau dikenal dengan House of Petition, disini disimpan potongan gigi Nabi Muhammad SAW, potongan janggut Nabi Muhammad SAW, Cap Segel Nabi Muhammad SAW, Surat bertandatangan Nabi Muhammad SAW, Pedang dan Panah Nabi Muhammad SAW. 
  • Chamber of The Blessed Mantle, Disini tersimpan mantel pemberian Nabi Muhammad SAW kepada Kâab bin Züheyr, yang disimpan di dalam peti emas. 
Subhanallah dan sujud syukur, alhamdulilah kami bisa melihat dengan mata kepala sendiri dari benda-benda peninggalan Nabi Muhammad SAW. Begitu masuk ke Agalar Mosque pun bulu kuduk kami berdiri, namun dengan rasa takjub seakan tidak percaya. Sayang sekali kami tidak bisa mengambil foto disini karena memang tidak diperbolehkan dan dijaga dengan ketat.

Pedang dan Panah Nabi Muhammad SAW (Sumber Google.com) 

Keluar dari Agalar Mosque (Privy Room) kami langsung menuju ke 4th Court, Alhamdulilah disini kami masih dapat melihat bunga Tulip yang masih mekar (Konon katanya bunga Tulip Belanda itu merupakan hasil pemberian dari Ottoman Empire kepada Holy Roman Emperor Ferdinand I pada tahun 1554 yang kemudian didistribusikan ke Amsterdam pada tahun 1593).

Selfie di 4th Court dengan Tulip Merah sebagai backgorund 

Di 4th Court ini kita bisa menjelajah ke aneka-aneka ruangan, dan juga teras istananya yang mengagumkan, Kami benar-benar menikmati kunjungan ke Topkapi Palace ini.

Berpose di Teras 4th Court Topkapi Palace dengan Istanbul Bagian Asia Sebagai Background 

Setelah puas menjelajah Topkapi Palace, kami pun beranjak keluar untuk pergi ke Istanbul Bagian Asia yakni Taksim Square. Caranya kami naik Tram/Metro T1 dari Sultanahmet Station menuju Kabatas Station (Station paling akhir) disitu turun lalu kembali naik Funicular (Tram untuk naik ke Bukit) yang ke arah Taksim Square dan turun disana. Taksim Square merupakan pusat kota dari Istanbul Modern, disana berdiri dengan megahnya Monumen Of The Republic yang dibuat oleh Pietro Canonica dalam rangka memperingati 5 tahun Republik Turki yang diresmikan kemudian pada tahun 1928. Di distrik sini juga merupakan tempat wisata dimana pusat perbelanjaan toko-toko dari branded-branded (Zara, Manggo, Sephora, Longchamp, dll) pada membuka otletnya, distrik ini menjadi surga bagi istri saya untuk shopping (kebanyakan sih hanya window shopping saja :)).

Selfie di depan Monument of Republic, Taksim Square

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 15.00, saatnya kami kembali ke hotel untuk mengambil koper dan pergi ke Goreme (Cappadocia) dengan menggunakan bus malam. Pulangnya pun sama, naik Funicular dari Taksim Square ke arah Kabatas, lalu naik Tram/Metro T1 yang ke arah Bagcilar dan turun di Sultanahmet Station.

Bus malam menuju Goreme (Cappadocia) ada beberapa perusahaan, namun yang terkenal (menurut riset saya) adalah Suha Turizm bus dan Metro Turizm bus. Suha Turizm ongkosnya adalah 72 TL dan Metro Turizm ongkosnya 67 TL, namun kami lebih memilih Suha Turizm karena mereka menawarkan jasa Shuttle Bus dari Sultanahmet Area, sedangkan Metro Turizm tidak ada jasa shuttle bus alias harus pergi sendiri ke Otogar Terminal di Bayrampasa. Oya, untuk tiket Suha Turism bisa dibeli di agen-agen wisata di sekitar Sultanahmet, akan tetapi untuk Metro Turizm harus dibeli di Kantor nya di Otogar Terminal (Menurut testimoni dari 4 agen wisata yang kami datangi di Sultanahmet). 

Untung saja kami menggunakan shuttle bus, jikalau tidak ternyata Otogar Terminal di Bayrampasa itu sungguh rumit dan cukup sulit untuk mencari Platform Bus untuk ke Goreme (Cappadocia), terlebih kendala bahasa yang lebih menyulitkan ditambah lagi sambil menarik-narik koper kami yang beratnya 28 Kg.

Lanjut kata, jam 18.00 kami sudah di kantor Agen Wisata tempat kami membeli tiket di wilayah Sultanahmet dekat dengan hotel kami, tidak lupa membeli Mcdonald buat makan malam dan beli minum, tak lama shuttle bus pun datang on-time pukul 18.15 menjemput kami dan segera meluncur ke Otogar Terminal di Bayrampasa. Sesampainya disana, kami dipersilahkan menunggu di ruang tunggu bersama para calon penumpang lainnya. 

Bus malam Suha Turizm (Sumber Google.com) 

Suasana di Bayrampasa Otogar Istanbul, cukup rumit untuk mencari platform Bus (sumber Google.com) 

Tak lama, kami pun menaiki Bus dan segera berangkat menuju Goreme. Perjalanan dari Istanbul menuju Goreme (Cappadocia) membutuhkan waktu selama 10 - 12 Jam, jadi kita tidur malam di bus tersebut. Busnya cukup nyaman dengan jok reclining dan memiliki TV Onboard di masing (diberi minum tapi tidak diberi makan), serta menurut peraturan di Turki untuk Bus malam setiap 3 jam sekali diharuskan untuk istirahat, jadi pergunakan waktu tersebut untuk kita pergi ke toilet mengingat di dalam bus tersebut tidak tersedia toilet.


Senin, 04 Mei 2015, Goreme (Cappadocia), Turki
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.30 dan kami pun berhenti di Goreme Otogar, begitu sampai disana ada Tourist Information dimana staffnya sangat membantu untuk memberitahu arah hotel tempat kita menginap. Saya menanyakan letak hotel kami Eliff Star Cave, namun dengan sigapnya dia bilang "You just wait here, i will call the hotel, so they can pick you up ok?", wah kami beruntung juga, tak lama pemilik hotel Eliff Star Cave Hotel (reviewnya) namanya Kadir, datang menjemput kami dengan mobil pribadinya dan mengijinkan kami untuk early check-in.

Saya numpang eksis di depan Elif Star Cave Hotel

Kamar Eliff Star Cave Hotel (Suasana Gua namun nyaman) 

Pada waktu booking hotel disini, saya sering melakukan kontak via email dengan Kadir, untuk mengurus perjalanan keliling Goreme serta untuk naik Hot Balloon Flight. Di Goreme, kami memutuskan untuk mengikuti City Tour, karena transportasi umumnya cukup merepotkan dan jarak antar tempat wisatanya cukup berjauhan. Disana juga ada penyewaan sepeda motor dan ATV jika teman-teman ingin berpetualang. Oya, untuk Goreme banyak menawarkan paket perjalanan city tour (Paket bisa dilihat disini) dan kami memutuskan mengikuti paket yang namanya Green Tour.

Tak lama kemudian tepat Pukul 09.15, shuttle bus untuk city tour sudah menjemput kami di depan hotel. Yup, hari ini kami akan berkeliling wilayah Goreme (Cappadocia), pertama kami ke Goreme Esentepe untuk melihat Goreme secara Panoramic view.


Goreme Panoramic View 

Hanya 10 menit kami diberikan waktu untuk mengagumi pemandangan ini (jeleknya ikut tour ya begini, selalu dibatas waktu), lalu kami melanjutkan perjalanan ke Derinkuyu Underground City. Derinkuyu Underground City adalah salah satu dari 6 kota bawah tanah yang dibuka untuk umum dari 200 kota bawah tanah yang ditemukan, berada di bawah lapisan batu-batu yang terbentuk dari hasil erupsi beberapa gunung ribuan tahun yang lalu. Kota bawah tanah ini dibentuk pada tahun 7- 8 Sebelum Masehi oleh kaum Phrygians, yang kemudian dipakai oleh kaum Kristian pada era Romawi. Derinkuyu dibentuk sepenuhnya pada era Byzantium dan dipakai sebagai perlindungan oleh Kaum Muslim Arab dalam perang Byzantium - Arab. Setelah perang tersebut berlalu, kota ini kemudian dipakai sebagai perlindungan oleh Kaum Kristian dari serangan kaum Mongolia pada tahun 1400-an, yang kemudian kaum Mongolia tersebut dikalahkan oleh Kekaisaran Ottoman dan Derinkuyu dipakai kembali sebagai perlindungan oleh kaum Cappadocian Greek. Di dalam kota bawah tanah ini terdapat 11 lantai dan hanya 10% dari luas kota yang tereksplor, dahulunya dipakai sebagai tempat tinggal dan digunakan juga (sampai sekarang) sebagai tempat menyimpan makanan, hasil panen, menyimpan Wine,dan lainnya karena suhunya selalu konstan berkisar 12 - 15 Derajat Celcius.

Salah satu ruangan yang berada di Derinkuyu 

Lorong-lorong di Derinkuyu, suhunya dingin dan hati-hati kepala sering terbentur dinding atas.

1,5 Jam tidak terasa, mengeksplor Derinkuyu Underground City berakhir sudah, selanjutnya kami naik shuttle bus untuk menuju ke Ihlara Valley. Ihlara Valley, merupakan ngarai yang memiliki panjang 16 km yang terbentuk dari batu vulkanik hasil letusan beberapa gunung diantaranya Gunung Erciyes. Ihlara Valley menjadi unik karena sejarah kuno penghuninya, dimana sisi tebingnya dipakai sebagai tempat tinggal dan memiliki gereja-gereja dari periode Bizantium yang dibangun oleh kaum Cappadokian Greek. Orang-orang lokal dipaksa untuk meninggalkan daerah itu dan pindah ke Yunani di tahun 1923 sehingga terjadi pertukaran populasi penduduk antara Turki dan Yunani.

Pemandangannya sangat mengagumkan dan sangat indah, dengan kombinasi batu-batuan yang berbentuk sarang lebah, lapisan-lapisan batu-batuan, dan ditengahnya mengalir sungai Melendiz yang menambah pemandangan semakin spektakular. Perjalanan dimulai dengan menuruni, lembah tersebut dengan beratu-ratus anak tangga sampai ke dasar lembah dan kemudian berjalan sampai ke meeting point akhir dimana shuttle bus akan menjemput kami. 

Selfie, sebelum menuruni Ihlara Valley 

Salah satu pemandangan di dasar Ihlara Valley 

Meeting Point di Dasar lembah Ihlara Valley 

Tak terasa 1 jam lebih telah berlalu kami berjalan menyusuri Ihlara Valley, udaranya yang segar serta suhunya yang diantara 12-15 Derajat Celcius membuat perjalanan terasa menyenangkan dengan disertai pemandangan yang membuat kami takjub akan ciptaan Allah SWT. Sesampainya di meeting point, kami pun langsung dijemput oleh shuttle bus dan kemudian melanjutkan perjalanan untuk makan siang di Belisirma Village. Sebuah desa yang ada di tepi sungai Melendiz dan di lereng Ihlara Valley, ini merupakan desa yang dahulunya dimukim oleh orang Yunani. 

Berpose di restoran tempat kami makan siang (makanannya enak) 

Makan siang pun selesai dan kami pun bersiap kembali untuk melanjutkan perjalanan ke Yaprakhisar Panorama. Untuk penggemar Star Wars, konon katanya set film nya dibuat disini. 


Pemandangan dari atas Yaphakisar, view nya luar biasa indah 



Setelah beres menikmati Yaprakhisar Panorama kurang lebih 45 Menit, kami pun kembali bersiap lagi untuk segera meluncur ke Pigeon Valley. Perjalanan dari sini ke Pigeon Valley cukup jauh dengan menggunakan shuttel bus, di tengah jalan mobil kami terpaksa berhenti karena papan nama perusahaan yang tertempel di badan mobil hilang dihembus angin, sehingga kami harus berhenti untuk mencari papan nama tersebut. 

Pemandangan yang saya ambil, sambil menunggu memasang plang nama pada mobil 

Hampir 1 jam lebih perjalanan, akhirnya kami sampai juga pada destinasi terakhir untuk hari ini, yakni Pigeon Valley. Sebuah lembah yang landscape nya terbentuk dari erupsi gunung berapi selama ribuan tahun lamanya, yang kemudian terkikis oleh alam hingga membentuk suatu form yang unik, yang kemudian menjadi tempat burung merpati bersarang. 

Pigeon Valley Panorama View

Small Group Tour of Mine, ada orang China, Taiwan, dan Mesir namun 
kompak dan menyenangkan 

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.30 dan kami pun di antar dengan shuttle bus ke hotel masing-masing dengan tidak lupa saling berpamitan dan berbagi alamat email. Kami segera beristirahat dan makan malam di sekitar hotel, mengingat besok dini hari jam 04.00 pagi, kami akan dijemput oleh shuttle bus untuk mengikuti Hot Air Ballon Flight. 


Selasa, 05 Mei 2015, Goreme (Cappadocia), Turki
Jam sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi hari dan kami pun sudah bersiap diri dengan pakaian musim dingin. Suhu mencapai 4 Derajat Celcius, sehingga kami bersiap dengan 2 lapis jaket, sarung tangan dan kaos kaki double (di dalam kamar hotel kami ada penghangat ruangan, jadi dinginnya udara luar belum terasa). Betul saja, begitu kami dijemput langsung terasa menusuk tulang hawa dingin yang dikombinasi dengan tiupan angin. 

Kami dijemput oleh shuttle bus, begitu masuk ke dalam mobil, didalamnya sudah banyak orang yang akan ikut Hot Air Ballon Flight. Pantas saja Kadir bilang, kami tidak boleh sampai telat bangun. 

Kami sudah tidak sabar ingin segera menaiki balon udara tersebut, lokasinya tidak terlalu jauh dari Goreme hanya sekitar 10 menit perjalanan, dan kami pun tiba di lokasi. Di lokasi terlihat sedang ada Balon Udara yang sedang dikembangkan beserta ada Teh Manis Panas beserta Roti untuk kami ngemil. 

Menunggu balon siap untuk terbang

Selfie di atas Balon Udara 

Pemandangan di atas Balon Udara

Perjalanan di atas Balon Udara berlangsung selama 45 Menit, kami begitu takjub dengan pemandangan di wilayah Goreme ini, dan kami pun berkesempatan menikmati sunrise di atas Balon Udara. Udaranya cukup dingin dengan suhu 6 Derajat Celcius yang diiringi angin cukup kencang, sehingga rasa dingin mampu menembus 2 lapis baju kami.

Tak terasa 45 Menit sudah berlalu, dan kami pun siap-siap landing dengan sikap setengah jongkok sambil memegang pegangan di dalam Balon Udara serta menanti instruksi sang pilot. Alhamdulilah, Balon Udara kami mendarat dengan mulus dan persis diatas mobil pengangkutnya (pilotnya jagoan abis!!) lalu kami turun untuk diberikan Flight Certificate dan ber-toast ria dengan para penumpang (Minumannya champagne). 

Selfie bersama sang Pilot Balon Udara 

Setelah itu, kami diantar kembali menggunakan shuttle bus ke hotel masing-masing. Sesampainya di hotel kami melanjutkan breakfast dan kembali packing barang-barang kami, sebab hari ini merupakan hari terakhir kami di Goreme maupun di Turki. Jam 11.15 tepat shuttle bus kami pun tiba di depan hotel, kami segera check-out dan beranjak pergi dari kota Goreme dengan sejuta kenangan yang telah dibuat. Perjalanan menuju Kaysehir Airport membutuhkan waktu 45 - 60 menit, dan flight kami jam 13.30 menuju Kota Roma Italia. Sedikit tips, sebaiknya untuk pergi ke Kaysehir Airport dari Goreme, lebih nyaman menggunakan Shuttle Bus karena dijemput di hotel kita menginap, karena transportasi umumnya hanya mengandalkan bus, untuk shuttle tersebut kita bisa meminta tolong ke lobby hotel untuk di reserve. 

Ini biaya kami selama di Goreme
  • Green tour package 40€
  • Hot Air Ballon Flight 120€
  • Shuttle Bus to Kayseri Airport 15€
  • Total nya 175€ per orang di booking via hotel tempat kami menginap di Elif Star Cave Hotel, tapi setelah negosiasi via email kami mendapat harga 159€ per orang. Lumayan, kami bisa mengirit 36€
Jam 12.10, kami tiba di Kaysehir Airport, lalu kami segera check-in dengan menggunakan pesawat Pegassus Airline dari Kaysehir - Istanbul - Roma (oya harga tiketnya waktu itu 90€ webnya bisa dilihat disini). Setelah check-in kami hanya menunggu sebentar dan tak lama kemudian kami dipanggil. Maka berakhir pula petualangan kami di Turki selama 5 Hari, selanjutnya saya akan berbagi pengalaman di Kota Roma Italia (masih dalam tahap pengetikan hahaha..)

Oya Kalau ada yang mau share bisa, teman-teman menghubungi saya di rama.adinugraha@gmail.com.

Catatan Perjalanan Prancis, Paris 3 Hari

Cerita ini berlanjut dari cerita 16 bulan yang lalu, yang akhirnya saya menyempatkan diri kembali untuk menulis, oya sebelumnya saya sudah ...